INDONESIALAND

Bertujuan memaparkan realitas masyarakat Indonesia, dengan arsitektur sebagai subyek pengisahannya, dipresentasikan dalam berbagai konteks, mulai dari skala mikro hingga makro; pemikiran kiri maupun kanan; oleh pemerintah maupun swasta; dalam rentang waktu masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Berikhtiar mengisahkan “apa adanya” proses masyarakat Indonesia dalam mengelola konflik dan potensi ruang urbannya, atau dalam berbudaya sehari-hari. Indonesialand mempresentasikan arsitektur sebagai sistem politik ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan (Poleksosbudhankam) di sebuah negeri bernama Indonesia.

Bila biasanya pameran arsitektur hanya mempresentasikan maket ataupun miniatur bangunan; berbeda dengan itu, pameran “Indonesialand” yang digelar selama satu bulan (2 September-2 Oktober 2016) di Bandung, hadir  untuk

menggaris ulang estetika arsitektur dalam mengisahkan masyarakat berarsitektur (baca: berbudaya), di sebuah negeri bernama Indonesia.

“Indonesialand” merupakan agent provocateur yang memelopori selasar kuratorial dari fenomena jukstaposisi (penempatan dua objek secara berdampingan) arsitektur dan arsitektural di Indonesia, dengan turut mengisometrikan dimensi Negara, warga, dan kapital. Memadukannya dengan mempergunakan kosa kata seni rupa; dari yang vernakular hingga kontemporer — baik secara teoretis, modus, dan dalam realitas praksisnya pada ruang urban, arsitektur ditempatkan dalam proyeksi analog kebudayaan yang berdatumkan estetika, dalam unit garis, sebagai sebuah sistem.

Namun, digariskan “Indonesialand” menjadi sebuah kajian yang menelisik wujud saling bertautnya lapisan fungsi, yang kerap kali saling bersinggungan, bahkan berpotongan, pada spasial urban tanah air– undulating “gerak tak berujung” keindahan yang khas dan nyata dalam masyarakat kita.

Back to Top