Mutiara Di Pulau Ambon
“Kota Ambon Ibu Negeri Tanah Maluku Di Pinggir Laut Tempat Kita Berteduh Dari Jauh Terlihat Gunung Salahutu Beta Ingat Dahulu Beta Di Situ” .
Begitulah penggalan syair lagu yang berjudul “Kota Ambon” yang dilantunkan Tin Tetelepta sekitar tahun 1970-an. Lagu ini menggambarkan keindahan Pulau Ambon, sehingga Ambon selalu mengundang kerinduan untuk pulang. Ambon bukan sekadar panorama di darat, tetapi alam laut Ambon juga menyimpan kecantikan yang luar biasa.
Keunikan dan keindahan laut Maluku, bukan rahasia baru. Pada masa silam, Maluku selain dicari karena rempah, tetapi juga memberikan konstribusi untuk ilmu pengetahuan dunia, karena kekayaan biota lautnya.
Karya Georg Rumphius “D’Amboinsche Rariteitkamer” yang terbit pada tahun 1705, yang merupakan koleksi kerang selama berada di Maluku berhasil menjadi referensi para ilmuwan yang memiliki kepedulian terhadap biota laut.
Keunikan dan kecantikan kerang dari Maluku yang diperkenalkan Rumphius ini menggugah ilmuwan dari Amerika seperti Albert Smith Bickmore untuk mencari sumber koleksi kerang Rumphius. Albert Bickmore ini merupakan salah satu pendiri Museum of Natural History di Amerika Serikat.
Untuk itu, kecantikan alam laut Ambon dan sekitarnya sebenarnya sudah terkenal sejak beberapa abad silam. Tentu, situasi ini tidak berbeda jauh dengan situasi ini. Karena kondisi terumbu karang di sejumlah perairan sekitar Pulau Ambon masih cukup terjaga dan harus tetap dijaga.
Di Pulau Ambon secara administratif terdapat du wilayah, yakni Kota Ambon yang merupakan Ibukota Maluku dan ada juga yang merupakan wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Pulau Ambon menyimpan beragam objek wisata yang sangat menarik. Apalagi, keberadaan jembatan yang melewati Teluk Ambon dan menghubungkan Desa Poka-Desa Galala telah menjadi spot baru untuk mengambil gambar Teluk Ambon dan sekitarnya.