Aksen Tradisional Rumah Modern
RUMAH moderen di kawasan Geria atau rumah brahmana Sanur mengusung konsep rumah di dalam rumah. Keberadaan rumah yang berdiri di atas tapak 1400 meter persegi ini tidak lain adalah pecahan dari Geria Menuh Sanur yang menjadi pusat atau rumah utama keluarga. Sebagai rumah utama, grya ini merupakan pusat dari segala kegiatan religi dan spiritual Hindu Bali. Pemiliknya adalah Ida Bagus Sidharta Putra atau lebih dikenal dengan Gusde.
Geria Menuh yang menjadi tempat tinggal orang tua Gusde, dimana keduanya adalah pedanda atau pendeta agama Hindu, memiliki beberapa bangunan di antaranya bale-bale untuk baca kakawin, loji (balairung untuk pertemuan), saren (untuk istirahat), murda (untuk aneka aktivitas) dan gedong suci atau semacam guest house bagi para pendeta dan tamu agung. Pembuatan bangunan ini berpedoman pada Asta Kosala Kosali, sebuah naskah kuno yang memuat aturan arsitektur tradisional Bali. Penerapan aturan yang bersumber dari nilai spiritual Hindu ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kehidupan manusia (bhuana alit) dan alam lingkungan (bhuana agung).
Sebuah kesan memasuki halaman kerajaan tercipta dengan sendirinya. Bangunan grya dengan ekspos batu bata yang ditopang ukiran kayu jati dari bahan pilihan beserta warna-warna prada emas seakan-akan menunjukkan kesan majestik kejayaan kerajaan Bali masa lampau. Masih di halaman geria bangunan-bangunan seperti Pura Dalem Kedewatan, pelinggih (pura keluarga), wantilan, bale gong (tempat seperangkat gambelan tradisional Bali), lumbung, waregan gede (dapur umum) semakin memperkuat citraan arsitektur Bali sebelum memasuki areal kediaman Gusde.