Balinese Resort House

What you need is a holiday home to get you through every working day. 

Sebuah bangunan resort memiliki aspek-aspek atmosfir tropis. Dokter Simon Pinontoan sebagai pemilik menginginkan suasana resort di Bali untuk diwujudkan dalam rumah tinggalnya. Keinginan itu disampaikan kepada Project Architect, Susan Soetanto, yang tergabung dalam tim konsultan Dream Space Architects+partners (DSA+s). Dia menceritakan keinginan sang pemilik rumah. “Dengan sangat jelas, pemilik mengutarakan mimpi-mimpinya dengan memberikan gambar referensi kepada kami,” ujar Susan. 

“TROPICAL VILLA”. Kesan rumah Bali ini terlihat langsung dari fasad bangunan dan penataan lansekap. Dengan pepohonan palem dan banyaknya area hijau, suasana resort semakin terasa. Bagaimanapun juga, sebuah rumah adalah naungan personal yang menggambarkan karakter dan keinginan pemilik. Keinginan sebuah resort villa adalah tujuan dari sebuah rumah yang berfungsi sebagai tempat berteduh, berlindung, dan beristirahat. “Every day is a holiday” kalimat kunci untuk menggambarkan suasana kegiatan di rumah.  

RUANG LAHAN. Hunian ini adalah untuk keluarga pemilik, termasuk istri, dua anak yang masih di bangku sekolah dasar dan orangtuanya. Dengan anggota keluarga seperti ini maka banyak ruang-ruang yang disediakan sebagai kamar tidur. Rumah ini berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi dengan luas total bangunan 675 meter persegi. Meski lahan terbatas, tetapi harus memenuhi kebutuhan, maka dibuatlah secara ruang secara vertikal setinggi tiga lantai termasuk roof garden

POOL IN THE MIDDLE. Tiga lantai terdiri dari zona privat dan semi-publik. Ketika masuk menuju kori utama atau pintu utama, terdapat selasar dengan tangga yang mengarahkan ke teras kemudian ke foyer. Setelah foyer, selanjutnya akan langsung bertemu dengan ruang makan dan ruang keluarga yang dibiarkan tergabung tanpa sekat. Dengan begitu, ruang ini akan terkesan luas dan panjang. Dari ruangan-ruangan tersebut, penghuni dapat menikmati semilir angin dari bukaan pintu lipat. Ruang keluarga langsung terkoneksi dengan lantai dek kayu kolam renang dengan railing kaca. Railing ini terlihat indah karena tidak membatasi pandangan menuju birunya air kolam renang. Pemilik sangat menginginkan sebuah kolam renang. Menurut arsitek, dengan lahan 20 meter x 20 meter dan terletak di sudut jalan, awalnya tidak dapat diakomodir adanya kolam renang. Namun, pada akhirnya solusi ditemukan dengan memposisikan kolam renang tepat di tengah antar blok bangunan. Jika mengingat arsitektur Bali, salah satu elemen utama adalah adanya pekarangan atau disebut juga natah. Pada konsep rumah tinggalnya tidak sepenuhnya mengaplikasikan filosofi arsitektur Bali. Namun, tetap adanya elemen air di bagian tengah di antara bangunan beserta taman-taman di sayap kiri kanan bangunan. Pada area sekitar luar rumah, lantai atas dan atap  juga diaplikasikan pekarangan dengan cara yang lebih modern.

Back to Top