Tribute to Le Mayeur
Sebuah rumah dan studio lukis di tepi Pantai Sanur. Pelukis kesohor Belgia menyapa dunia melalui lukisannya tentang kemolekan penari Bali. Kala itu Pantai Sanur masih sepi, tidak seperti sekarang yang penuh dengan deretan hotel-hotel maupun restoran dalam menghidupkan pariwisata Bali. Sihir magis Pantai Sanur dalam kesunyian telah membangkitkan suasana, menjadi oase inspirasi bagi pelukis Le Mayeur dan model yang juga istrinya Ni Pollok.
KETIKA memasuki halaman museum Le Mayeur melalui pintu gapura, dua patung memorable Le Mayeur dan Ni Pollok seolah langsung menyapa dan mengerti maksud kedatangan saya. Patung memorable itu letaknya di sebelah kiri gedung utama museum, di atas kolam kecil yang menyejukkan pelataran dalam museum. Ruang imaji saya tiba-tiba bergerak untuk menyapa dan memberi hormat pada dua sosok legendaris bagi dunia seni rupa Indonesia, sekaligus mengharumkan nama Desa Sanur dan Bali di mata dunia.
Le Mayeur seniman asal Brussel, Belgia yang memiliki nama lengkap Adrien Jean Le Mayeur de Merpres ini datang ke Bali pada tahun 1932 melalui jalan laut dan berlabuh di Kota Singaraja. Setelah tinggal beberapa hari di ibu kota Kepulaun Sunda Kecil, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju Denpasar dan kemudian menyewa sebuah rumah dan menetap selama empat bulan di Banjar Kelandis, Denpasar.
KONSEP. Resort-living Student Accommodation. Diawali dari keinginan pemilik lahan dan didukung dengan potensi tapak sendiri yang memiliki pemandangan luar biasa menghadap sawah, gunung, dan sungai. Jadi sang perencana memanfaatkan apa yang alam sudah berikan dan menyusunnya dalam penataan ruang yang berorientasi kepada view gunung tersebut.
Kamar-kamar dominan berorientasi menghadap view gunung sehingga penyewa dapat melihat gunung dari sejak bangun tidur setiap hari.