Rumah Menara Sumba
Indonesia kaya dengan aristektur nusantara. Salah satu kekayaan itu ada di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Arsitektur rumah Sumba memiliki gaya tersendiri karena memiliki bubungan atau atap yang tinggi menjulang dan mengerucut, sehingga sering dikenal sebagai “Rumah Menara”.
Sampai saat ini, bentuk arsitektur yang asli masih banyak ditemukan di pulau yang dikenal sebagai Pulau Cendana ini. Bahkan, rumah tradisional begitu mudah ditemukan karena nyaris dikelilingi dengan pemukiman modern. Misalnya, di Waikabubak, Ibukota Sumba Barat, pengunjung akan disuguhi kehidupan orang Sumba yang dengan tradisinya bersisian dengan kehidupan modern di sisi yang lain.
Rumah Menara memiliki empat tiang utama yang besar dan terletak di tengah bangunan. Sementara di sekelilingnya ditopang dengan tiang yang lebih kecil.
Rumah tradisional Sumba menggunakan material dari alam seperti kayu, rotan, alang dan bambu. Pada masa silam, pembuatan rumah tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan ikatan rotan dan akar kayu. Sedangkan, alang merupakan bahan utama untuk atap.
Begitu juga dengan pemasangan tiang, hanya empat tiang utama yang ditancap di tanah. Sedangkan, sebagian besar tiang hanya berdiri di atas tanah (umpak). Namun, meski teknik ini tampak sederhana, tetapi bangunan kokoh berdiri, ramah terhadap gempa dan tahan terhadap tiupan angin selatan yang terkadang cukup keras berhembus.