Rumah Pintu Kebaya
Romantisme dan kenangan manis dari masa lalu, mungkin tidak akan pernah lekang termakan waktu. Tanpa takut akan teriknya sinar matahari yang menggigit atau dinginnya terpaan hujan lebat, berlarian di sekitar rumah orang tua yang menjadi kegiatan yang tidak dirasa melelahkan. Hampir di setiap daerah Indonesia Timur adalah daerah dengan kekayaan alam yang sangat indah dan memukau. Tentu fenomena indahnya juga dari kehadiran bentuk budaya dan tradisi lokal yang salah satunya diwujudkan dari arsitektur tradisional Maluku yang sudah terbentuk turun temurun per generasi.
Maluku, provinsi yang terkenal dengan nama Moluccas atau Molukken sebagai provinsi tertua di nusantara, memiliki guratan manis dari rumah yang menjadi pusat warisan budaya tersebut. Rumah milik Elisa Sipahelut ini didirikan tahun 1920 dengan pondasi dari batu karang, dinding bambu berlapis kapur batu karang. Rumah ini berada di Negeri Allang, Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah.
Atap Pelana
Struktur bangunan rumah terdiri dari banyak material kokoh yang tentunya di zaman modern ini sudah jarang sekali ditemui, seperti material kayu besi, kayu gupasa, serta kayu linggua.
Berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 12 x 13 meter persegi. Rumah yang diberi sebutan dengan “Rumah Pintu Kebaya” ini, memiliki rangka atap pelana dengan desain khas pada zamannya. Bentuk fasad dengan teras yang cukup luas untuk menjamu tamu atau menjadi tempat bersantai keluarga, tampak hangat menyambut. Dikelilingi pagar beton putih setinggi pinggang, ditambah dengan motif tabung horizontal yang sederhana, memberi kesan ramah dari wujud khas etnis Maluku Tengah.